Anas -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan, ia berkata, "Doa yang paling sering diucapkan Nabi ﷺ adalah allāhumma rabbanā ātinā fid dun-yā ḥasanah wa fil ā...
Nabi ﷺ sering berdoa dengan doa-doa yang jāmi' (singkat dan padat makna), di antaranya: "Allāhumma rabbanā ātinā fid dun-yā ḥasanah wa fil ākhirati ḥa...
Abu Ad-Dardā` -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan: Nabi ﷺ bersabda, "Maukah kalian aku beritahukan tentang amalan kalian yang paling baik dan paling suci...
Nabi ﷺ bertanya kepada sahabat-sahabatnya: . Maukah kalian aku kabari dan aku ajari tentang amalan kalian yang paling utama, paling mulia, paling b...
Mu'āż bin Jabal -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan: Aku pernah bersama Nabi ﷺ dalam suatu perjalanan. Suatu hari saat kami berjalan, aku mendekat dari b...
Mu'āż -raḍiyallāhu 'anhu- mengisahkan: Aku pernah bersama Nabi ﷺ dalam suatu perjalanan. Suatu hari dalam perjalanan tersebut, aku berjalan dekat dari...
Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- meriwayatkan, "Apabila Nabi ﷺ pergi ke tempat tidurnya di setiap malam, beliau menggabungkan kedua telapak tangannya, kemud...
Di antara petunjuk Nabi ﷺ ketika berada di kasurnya untuk tidur adalah beliau menggabungkan kedua telapak tangan dan mengangkatnya -seperti orang yang...
Syaddād bin Aus -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan dari Nabi ﷺ bahwa beliau bersabda, "Sayyidul-istigfār (istigfar yang paling agung) adalah engkau meng...
Nabi ﷺ mengabarkan bahwa istigfar memiliki banyak lafaz, tetapi lafaz yang paling utama dan paling agung ialah saat seorang hamba membaca: Allāhumma a...

Anas -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan, ia berkata, "Doa yang paling sering diucapkan Nabi ﷺ adalah allāhumma rabbanā ātinā fid dun-yā ḥasanah wa fil ākhirati ḥasanah wa qinā ażābbannār'. (Ya Allah, Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan jagalah kami dari siksa api neraka)'."

Abu Ad-Dardā` -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan: Nabi ﷺ bersabda, "Maukah kalian aku beritahukan tentang amalan kalian yang paling baik dan paling suci di sisi Tuhan kalian, paling tinggi derajatnya untuk kalian, lebih baik bagi kalian daripada menginfakkan emas dan perak, dan lebih baik bagi kalian daripada bertemu dengan musuh lalu kalian menebas batang leher mereka dan mereka pun menebas leher kalian?" Para sahabat menjawab, "Tentu saja." Beliau bersabda, "Berzikir kepada Allah -Ta'ālā-."

Mu'āż bin Jabal -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan: Aku pernah bersama Nabi ﷺ dalam suatu perjalanan. Suatu hari saat kami berjalan, aku mendekat dari beliau. Lantas aku berkata, "Wahai Rasulullah! Beritahukan kepadaku amalan yang dapat memasukkanku ke surga dan menjauhkanku dari neraka." Beliau bersabda, "Sungguh, engkau telah menanyakan perkara besar. Tetapi, hal itu akan mudah bagi orang yang dimudahkan Allah -Ta'āla- untuk melakukannya. Amalan itu adalah engkau beribadah kepada Allah tanpa menyekutukan sesuatu pun dengan-Nya, menegakkan salat, membayar zakat, berpuasa Ramadan, dan berhaji ke Baitullah." Beliau melanjutkan, "Maukah aku tunjukkan kepadamu pintu-pintu kebaikan? Puasa adalah perisai, sedekah merupakan penghapus dosa sebagaimana air memadamkan api, dan salatnya seseorang di tengah malam." Lalu beliau membaca (firman Allah), "Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya ... hingga firman-Nya, "...apa yang mereka kerjakan." (QS. As-Sajdah: 16) Lantas beliau bertanya, "Maukah aku beritahukan kepadamu seluruh pokok agama, tiangnya, dan puncaknya?" Aku menjawab, "Tentu, wahai Rasulullah." Beliau bersabda, "Pokok agama adalah Islam (dua kalimat syahadat), tiangnya adalah salat, dan puncaknya adalah jihad." Selanjutnya beliau bertanya, "Maukah aku beritahukan kepadamu kunci semua perkara ini?" Aku menjawab, "Tentu, wahai Nabi Allah." Lantas beliau memegang lidahnya dan bersabda, "Jagalah ini!" Aku bertanya, "Wahai Nabi Allah! Apakah kita akan disiksa karena apa yang kita ucapkan?" Beliau menjawab, "Semoga ibumu kehilangan kamu (ungkapan pengingkaran). Bukankah manusia itu tidak akan tersungkur dalam neraka di atas mukanya -atau di atas hidungnya- melainkan karena hasil panen lidah mereka?!"

Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- meriwayatkan, "Apabila Nabi ﷺ pergi ke tempat tidurnya di setiap malam, beliau menggabungkan kedua telapak tangannya, kemudian beliau meniup keduanya seraya membaca surah Qul huwallāhu aḥad, Qul a'ūżu bi rabbil-falaq, dan Qul a'ūżu bi rabbin-nās. Lalu beliau mengusap bagian tubuhnya yang terjangkau, dimulai dari kepala dan wajahnya, lalu semua bagian depan tubuhnya. Beliau melakukan hal tersebut sebanyak tiga kali."

Syaddād bin Aus -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan dari Nabi ﷺ bahwa beliau bersabda, "Sayyidul-istigfār (istigfar yang paling agung) adalah engkau mengucapkan, 'Allāhumma anta rabbī lā ilāha illā anta, khalaqtanī wa anā 'abduka, wa anā 'alā 'ahdika wa wa'dika mastaṭa'tu. A'ūżu bika min syarri mā ṣana'tu. Abū`u laka bi ni'matika 'alayya, wa abū`u laka bi żanbī, fagfir lī fa innahū lā yagfiruż-żunūba illā anta. (Ya Allah! Engkau adalah Tuhanku, tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau. Engkau yang menciptakanku, aku adalah hamba-Mu. Aku menetapi perjanjian dan janjiku kepada-Mu semampuku. Aku berlindung kepada-Mu dari keburukan perbuatanku. Aku mengakui nikmat-Mu atas diriku dan aku mengakui dosaku. Maka ampunilah aku, karena sesungguhnya tiada yang mengampuni dosa selain Engkau).' Siapa yang mengucapkan ini di siang hari dengan penuh keyakinan, lalu ia meninggal pada hari itu sebelum memasuki sore, maka ia termasuk penghuni surga. Dan siapa yang mengucapkannya di waktu malam dengan penuh keyakinan, lalu ia meninggal sebelum masuk waktu pagi, maka ia termasuk penghuni surga."

Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan dari Nabi ﷺ: Beliau biasa ketika memasuki waktu pagi membaca, "Allāhumma bika aṣbaḥnā, wa bika amsainā, wa bika naḥyā, wa bika namūtu, wa ilaikan-nusyūr." (Ya Allah! Dengan pertolongan dan rahmat-Mu kami memasuki pagi hari, dengan pertolongan dan rahmat-Mu kami memasuki sore hari, dengan pertolongan dan rahmat-Mu kami hidup, dengan pertolongan dan rahmat-Mu kami mati, dan hanya kepada-Mu kebangkitan semua makhluk). Sementara ketika memasuki waktu sore beliau membaca, "... bika amsainā, wa bika aṣbaḥnā, wa bika naḥyā, wa bika namūtu, wa ilaikan-nusyūr (dengan pertolongan dan rahmat-Mu kami memasuki sore hari, dengan pertolongan dan rahmat-Mu kami memasuki pagi hari, dengan pertolongan dan rahmat-Mu kami hidup, dengan pertolongan dan rahmat-Mu kami mati, dan hanya kepada-Mu kebangkitan semua makhluk)." Perawi menambahkan: Di waktu yang lain, beliau membaca, "Wa ilaikal-maṣīr (dan hanya kepada-Mu semua makhluk kembali)."

Abān bin Uṡmān meriwayatkan: Aku mendengar Uṡmān bin Affān -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda, "Siapa yang membaca: Bismillāhillaẓī lā yaḍurru ma'asmihī syai`un fil-arḍi walā fis-samā`i wa huwas-samī'ul-'alīm (Dengan nama Allah yang tidak akan berbahaya sesuatu pun di bumi dan di langit bersama nama-Nya, dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui), sebanyak tiga kali, tidak akan ditimpa keburukan secara tiba-tiba hingga memasuki waktu subuh. Siapa yang membacanya ketika pagi tiga kali, tidak akan ditimpa keburukan yang tiba-tiba hingga memasuki waktu sore." Ternyata Abān bin Uṡmān ditimpa stroke sebelah, sehingga laki-laki yang mendengar hadis itu menatapnya, maka ia berkata, "Ada apa engkau menatapku? Demi Allah! Aku tidak pernah berdusta atas nama Uṡmān, tidak juga Uṡmān berdusta atas nama Nabi ﷺ. Akan tetapi, pada hari ketika aku ditimpa musibah itu, aku sedang marah lalu lupa membaca doa ini."

Abdullah bin Khubaib -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan, ia berkata, Kami keluar di suatu malam yang hujan dan sangat gelap untuk mencari Rasulullah ﷺ; agar beliau mengimami kami salat sampai aku mendapati beliau. Beliau bersabda, "Katakanlah?" Tetapi aku tidak mengucapkan apa-apa. Kemudian beliau berkata lagi, "Katakanlah." Tetapi aku tetap tidak mengucapkan apa-apa. Beliau bersabda, "Katakanlah." Aku bertanya, "Apa yang aku akan katakan?" Beliau bersabda, "Bacalah qul huwallāhu aḥad dan Al-Mu'awwiżatān ketika memasuki petang dan pagi sebanyak tiga kali, maka ia akan mencukupkanmu dari segala sesuatu."

Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- meriwayatkan: "Suatu malam, aku pernah kehilangan Nabi ﷺ dari tempat tidur. Aku pun mencari beliau, dan ternyata tanganku menyentuh telapak kaki beliau dalam keadaan tegak ketika beliau sedang bersujud di tempat salatnya. Beliau membaca: Allāhumma innī a'ūżu bi riḍāka min sakhaṭika, wa bi mu'āfātika min 'uqūbatika, wa a'ūżu bika minka, lā uḥṣī ṡanā`an 'alaika anta kamā aṡnaita 'alā nafsika (Ya Allah! Aku berlindung dengan keridaan-Mu dari kemurkaan-Mu, dengan pengampunan-Mu dari hukuman-Mu. Aku berlindung kepada-Mu dari siksaan-Mu. Aku tidak mampu menghitung pujian dan sanjungan kepada-Mu, Engkau adalah sebagaimana yang Engkau sanjungkan kepada diri-Mu sendiri)."

Samurah bin Jundub -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan: Rasulullah ﷺ bersabda, "Perkataan yang paling dicintai Allah ada empat: subḥānallāh (Mahasuci Allah), alḥamdulillāh (segala puji bagi Allah), lā ilāha illallāh (tiada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah), dan allāhu akbar (Allah Mahabesar). Tidak masalah dari mana pun engkau memulai."

Abu Ayyūb -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan dari Nabi ﷺ bahwa beliau bersabda, "Siapa yang mengucapkan 'Lā ilāha illallāh waḥdahu lā syarīka lah, lahul-mulku wa lahul-ḥamdu, wa huwa 'alā kulli syai`in qadīr' (Tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya, milik-Nya seluruh kerajaan dan bagi-Nya segala pujian, dan Dialah Yang Mahakuasa atas segala sesuatu) sebanyak sepuluh kali, maka dia seperti orang yang telah memerdekakan empat orang dari anak keturunan Ismail."

Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan dari Nabi ﷺ bahwa beliau bersabda, "Dua kalimat yang ringan diucapkan oleh lidah, berat dalam timbangan, dan dicintai Allah Yang Maha Penyayang: subḥānallāhil-'aẓīm, subḥānallāh wa biḥamdih (Mahasuci Allah Yang Mahaagung, Mahasuci Allah dengan sembari memuji-Nya)."