Jubair bin Muṭ'im -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwa dia mendengar Nabi ﷺ bersabda, "Tidak akan masuk surga orang yang memutus silaturahmi."
Nabi ﷺ mengabarkan bahwa orang yang memutus hak kerabatnya atau menyakiti dan berbuat buruk kepada mereka, dia pantas untuk tidak masuk surga.
Anas bin Mālik -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, "Siapa yang ingin dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, hendakl...
Nabi ﷺ mendorong untuk menyambung hubungan kekerabatan dengan berkunjung dan memberikan bantuan, harta dan lainnya karena itu merupakan sebab kelapang...
Abdullah bin 'Amr -raḍiyallāhu 'anhumā- meriwayatkan bahwa Nabi ﷺ bersabda, "Orang yang menyambung silaturahmi bukanlah yang membalas orang yang menya...
Nabi ﷺ mengabarkan bahwa orang yang sempurna dalam bersilaturahmi dan berbuat baik kepada kerabat bukanlah orang yang membalas perbuatan baik dengan k...
Bahz bin Ḥakīm meriwayatkan dari ayahnya, bahwa kakeknya meriwayatkan: Aku pernah bertanya, "Wahai Rasulullah! Siapakah yang harus aku perlakukan deng...
Nabi ﷺ menjelaskan bahwa orang yang paling berhak mendapatkan kebaktian, kebaikan, perlakuan baik, sikap baik, dan silaturahmi adalah ibu. Beliau memp...
Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, "Tahukah kalian apa gibah itu?" Para sahabat menjawab, "Allah dan Rasul-Ny...
Nabi ﷺ menjelaskan hakikat gibah yang diharamkan, yaitu menyebut seorang muslim dengan sesuatu yang ia benci, baik terkait fisiknya ataupun akhlaknya....
Jubair bin Muṭ'im -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwa dia mendengar Nabi ﷺ bersabda, "Tidak akan masuk surga orang yang memutus silaturahmi."
Anas bin Mālik -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, "Siapa yang ingin dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, hendaklah ia menyambung silaturahmi."
Abdullah bin 'Amr -raḍiyallāhu 'anhumā- meriwayatkan bahwa Nabi ﷺ bersabda, "Orang yang menyambung silaturahmi bukanlah yang membalas orang yang menyambungnya. Tetapi, orang yang menyambung silaturahmi sesungguhnya adalah yang menyambung kerabat yang memutusnya."
Bahz bin Ḥakīm meriwayatkan dari ayahnya, bahwa kakeknya meriwayatkan: Aku pernah bertanya, "Wahai Rasulullah! Siapakah yang harus aku perlakukan dengan baik?" Beliau ﷺ bersabda, "Ibumu, kemudian ibumu, kemudian ibumu, kemudian ayahmu, kemudian (kerabat) yang terdekat lalu yang terdekat."
Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, "Tahukah kalian apa gibah itu?" Para sahabat menjawab, "Allah dan Rasul-Nya lebih tahu." Beliau bersabda, "Engkau menyebut-nyebut saudaramu dengan sesuatu yang ia benci." Kemudian ada yang bertanya, "Bagaimana menurutmu jika sesuatu yang aku sebutkan itu nyata ada pada saudaraku?" Beliau menjawab, "Jika memang apa yang engkau sebutkan ada pada dirinya, maka itulah gibah, namun jika tidak, berarti engkau telah memfitnahnya."
Ibnu Umar -raḍiyallāhu 'anhumā- meriwayatkan: Rasulullah ﷺ bersabda, "Setiap yang memabukkan adalah khamar dan setiap yang memabukkan hukumnya haram. Siapa yang minum khamar di dunia lalu meninggal sebagai pecandu khamar dan belum bertobat, maka ia tidak akan mendapatkannya kelak di akhirat."
Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan: Rasulullah ﷺ bersabda, "Janganlah kalian saling mendengki, melakukan najasy, saling membenci, saling membelakangi, dan janganlah sebagian kalian melakukan jual beli di atas jual beli orang lain. Tetapi, jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara! Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya. Dia tidak boleh menzalimi, menghina, dan merendahkannya. Takwa itu di sini -beliau menunjuk dadanya tiga kali-. Cukuplah seseorang itu berbuat buruk kala menghina saudaranya yang muslim. Setiap muslim terhadap muslim lain haram darah, harta, dan kehormatannya."
Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan dari Nabi ﷺ bahwa beliau bersabda, "Tinggalkanlah buruk sangka, karena buruk sangka adalah sedusta-dusta percakapan. Janganlah memata-matai dan mencari-cari kesalahan. Jangan saling hasad, saling membelakangi dan saling benci. Tetapi, jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara."
Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan, ia berkata, Aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda, "Semua umatku dimaafkan kecuali yang berbuat dosa terang-terangan. Sungguh, termasuk berbuat dosa terang-terangan ialah seseorang berbuat dosa di malam hari, sementara Allah telah menutupinya, namun keesokan harinya ia malah bercerita, 'Wahai fulan! Tadi malam aku melakukan ini dan itu.' Padahal, Tuhannya telah menutupinya di malam harinya, tetapi pada pagi harinya ia justru membuka apa yang telah Allah tutup."
Ibnu Umar -raḍiyallāhu 'anhuma- meriwayatkan: Rasulullah ﷺ berpidato di hadapan manusia ketika penaklukan Makkah, "Wahai sekalian manusia! Sesungguhnya Allah telah menghilangkan kebanggaan jahiliah dan kesombongan mereka dengan nenek moyang. Manusia terbagi dua; orang yang baik, bertakwa dan mulia di hadapan Allah, dan orang fajir, sengsara dan hina di hadapan Allah. Manusia adalah anak cucu Adam, dan Allah menciptakan Adam dari tanah. Allah berfirman, 'Hai manusia! Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal." [QS. Al-Ḥujurāt: 13]